Kamis, 25 Juli 2024

Ujian: Saling Menguji

Santapan Harian
Menguji demi Kebaikan 
Kejadian 44:1-17 

Allah sering menguji umat demi kebaikan mereka (misalnya Ayub). Kita pun dapat mengikuti teladan Allah dalam menguji orang yang kita kasihi demi kebaikan mereka dan kerja sama yang lebih baik.

Yusuf sengaja menyuruh pengurus rumahnya untuk meletakkan piala peraknya di karung Benyamin (2). Tak lama setelah saudara-saudara Yusuf berangkat, pengurus itu mengejar dan menuduh mereka sebagai pencuri (4-6). Saudara-saudara Yusuf begitu yakin tidak mungkin ada di antara mereka yang mencuri, sehingga mereka mengatakan bahwa siapa pun yang kedapatan mencuri harus dihukum mati, dan mereka semuanya akan menjadi budak Yusuf (7-9).

Tentu saja piala tersebut kemudian didapatkan di dalam karung Benyamin dan semua saudara Yusuf mengoyak jubah mereka (12-13). Yehuda memohon agar mereka semua menjadi budak, tetapi Yusuf tetap bersikeras bahwa hanya Benyamin yang harus menjadi budak (16-17).

Mengapa Yusuf melakukan hal ini? Mengapa hukumannya ditetapkan secara khusus agar Benyamin saja yang menjadi budak? Yusuf sepertinya mau melihat bagaimana saudara-saudaranya memperlakukan Benyamin. Apakah mereka juga iri kepada Benyamin dan akan membiarkan dia menjadi budak seperti mereka dahulu iri dan menjual dia sebagai budak? Itu berarti tujuan Yusuf adalah untuk melihat apakah saudara-saudaranya sudah berubah.

Menguji apakah orang terdekat kita sudah berubah atau menguji kemampuan seseorang dalam mengerjakan sesuatu adalah hal penting yang kadang diperlukan. Allah juga sering menguji kita selaku hamba-Nya, tentu bukan supaya Allah menjadi lebih tahu, tetapi supaya kita bisa makin memahami pertumbuhan dan kemampuan kita.

Mari kita belajar untuk menguji orang yang mau kita percayakan untuk tugas tertentu, supaya kita dapat mengangkat orang dengan tepat. Tentu kita juga harus bersedia untuk diuji oleh siapa pun agar kita dapat dipercaya. Berdoalah agar Tuhan mengajar kita untuk menjadi lebih berhikmat dalam memberi maupun menerima ujian. [INT]


Sabtu, 20 Juli 2024

Sermon 2024 Juli 21

Stewardship (Penatalayanan)
Ps. Kenny Goh 

Mazmur 24: 1 

Apa tujuan akhir dari stewardship? 
Stewardship does not end with me
Efesus 4: 28 Tuhan tidak hanya ingin mengembalikan manusia berdosa kembali ke "titik nol" melainkan go beyond that
The goal of stewardship is generosity

Lukas 12: 13:- 21 (TSI) 
Yesus tidak mengizinkan orang itu maupun orang lain untuk menggunakan-Nya demi agenda/ kepentingan pribadi mereka. 
Serakah: "semua yang ada di tangan saya adalah untuk saya" 
I Timotius 6: 18 (TSI) 
"Kaya" : punya opsi. Menikmati kekayaan tidaklah salah, namun tidak semuanya untuk kita. 
Kekayaan adalah sebuah tanggung jawab dari Tuhan.

Lukas 19: 8 - 10 (TSI)
Perbuatan baik Zakheus bukan syarat melainkan BUKTI bahwa kita sadar sudah diselamatkan Tuhan. 

"Open hands & open hearts" 

Senin, 15 Juli 2024

Konsekuensi yang Tertunda

Santapan Harian 
Kejadian 35:16-29 

Setelah bertemu dengan Tuhan di Betel, Yakub (yang berganti nama menjadi Israel) beserta seluruh keluarganya melanjutkan perjalanan dan hendak menuju ke Hebron untuk bertemu dengan Ishak, ayahnya. Namun, di tengah perjalanan, ada dukacita.

Rahel melahirkan Benyamin dengan sangat sukar sehingga akhirnya ia meninggal dan dikubur di dekat Efrata (16b, 18-19). Setelah peristiwa ini, Yakub berhenti sejenak dari perjalanan menuju ke Hebron (21).

Tak dijelaskan mengapa Yakub tidak langsung pergi ke Hebron. Beberapa alasan yang mungkin adalah karena perjalanan yang harus ditempuh masih cukup jauh; atau karena ia baru memiliki seorang bayi yang memerlukan perawatan. Mungkin juga Yakub berhenti sejenak karena ia sangat berduka atas kehilangan istri yang sangat dicintainya.

Di tengah segala keletihan fisik dan emosi yang Yakub rasakan, anak sulungnya ketahuan tidur dengan gundiknya (22a). Lalu, hukuman apa yang Ruben terima? Tidak ada penjelasan di pasal ini. Sepintas mungkin kita berpikir bahwa Tuhan tak adil dan Yakub terlalu lemah sehingga ia tidak menghukum Ruben. Namun, di pasal 49, menjelang akhir hidup Yakub, kita melihat hukuman yang harus Ruben terima akibat perbuatan dosanya.

Konsekuensi dosa kadang kala tidak terlihat secara langsung atau pada saat itu juga. Karena itu, selalu ada orang yang berbuat dosa dengan sesuka hati dan berpikir bahwa ia dapat menghindari konsekuensi dari dosa yang dia perbuat. Akibatnya, dia tidak mau segera bertobat dan berubah. Ia tak menyadari bahwa konsekuensi dari perbuatan dosanya mungkin belum saatnya dia tuai. Namun demikian, jika saatnya tiba, ia akan menerima konsekuensi yang serius akibat perbuatannya.

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita semua bahwa setiap orang harus bertanggung jawab terhadap apa yang telah ia lakukan. Tidak menanggung hukuman pada saat itu juga bukan berarti bebas dari hukuman. Oleh sebab itu, bertobatlah sebelum terlambat dan jalanilah kehidupan dengan takut akan Tuhan. [STG]

Sabtu, 13 Juli 2024

Sermon 2024 Juli 24

Stewardship: Hamba yang Baik dan Setia 
Ps. Jose Carol 

We are owners of nothing, but we are stewards of everything

Mazmur 24 
Dunia hancur karena manusia menyalahgunakan apa yang ada di tangannya. 

Raja Salomo diakui sebagai manusia paling kaya sepanjang sejarah. Namun ia meminta kepada Tuhan agar "aku jangan miskin, juga jangan kaya". Di sini Salomo bicara soal mental, bukan harta. 
Mental miskin: selalu merasa kekurangan. 
Mental kaya: merasa tidak perlu Tuhan. 

Kejadian 2: 15 - 17a (TSI) 
Taman Eden: gambaran persekutuan Tuhan dengan manusia. 

Matius 25: 14 - 30 (TSI) 
5 talenta ~ Rp 2,4 miliar. 
2 talenta ~ Rp 960 juta 
1 talenta ~ Rp 480 juta. 
"Setia": reliable, faithful 
Kedua pegawai pertama mendapatkan reward dari majikannya berupa tanggung jawab yang lebih besar. 
Stewardship is a test of faithfulness. Pengelolaan adalah ujian kesetiaan. 
Stewardship is an invitation to experience a deeper relationship with God 
Hidup manusia adalah untuk menjalani agenda Sang Pemilik
Stewardship is an opportunity for an enlarged capacity. 

Rabu, 10 Juli 2024

Pniel: Wajah Allah

Santapan Harian
Pniel 
Kejadian 32:22-32 

Apa yang biasa dilakukan orang ketika pikirannya sedang galau? Ada yang datang kepada teman dekat yang bisa dimintai nasihat. Ada juga yang meninggalkan sejenak persoalannya untuk healing dengan pergi ke tempat hiburan untuk menyenangkan hati atau menikmati hobinya. Intinya, orang tidak akan tinggal diam. Dia akan mencari cara agar pikirannya tidak kacau lagi.

Yakub, yang sedang galau karena Esau mendatanginya dengan 400 orang, memilih untuk menyendiri. Seluruh keluarga dan miliknya menyeberangi Sungai Yabok (22-23). Namun, Yakub kembali untuk tinggal seorang diri.

Sangat mungkin Yakub membutuhkan waktu sendirian untuk menenangkan diri. Bisa jadi, dia hendak berefleksi tentang masa lalunya dan berdoa kepada Allah. Namun, yang justru terjadi adalah seorang laki-laki datang dan bergulat dengannya (24). Entah siapa laki-laki itu. Namun, dari akhir kisah pergulatan mereka, diungkapkan kepadanya bahwa laki-laki itu adalah Allah (28).

Pergulatan itu membawa berkat bagi Yakub (29c). Yakub pun menamai tempat itu Pniel, yang berarti wajah Allah, karena dia telah melihat Allah dan selamat (30). Yakub sadar bahwa di tengah kegalauannya, Tuhan ada bersamanya.

Dalam perjalanan kehidupan, sangat mungkin kita mengalami kegalauan seperti Yakub karena sesuatu yang telah terjadi atau justru karena prasangka yang belum terjadi. Saat pikiran kita galau, kita pasti ingin situasi menjadi tenang dan kekacauan bisa segera diselesaikan. Namun, tak selalu yang terjadi adalah yang kita mau. Bisa saja di tengah kacaunya pikiran, malah muncul persoalan tambahan. Rasanya seperti mau menghilang saja!

Berkaca dari pengalaman Yakub, berbagai persoalan yang datang di tengah kegalauan kita bisa jadi merupakan cara Tuhan bergulat dengan kita. Tuhan mengajak kita bergulat supaya kita bisa melihat wajah-Nya serta merasakan bahwa Dia ada dan memberkati kita. Hasilnya, kita tak lagi berfokus pada hal yang membuat kita galau, tetapi pada Tuhan yang menyertai kita.

Maka, mari kita belajar melihat wajah Allah, Pniel, dalam pergumulan kita. [KRS]